Makalah Pengantar Bisnis (Tugas ke 3)



MAKALAH
PENGANTAR BISNIS
(TUGAS 3)



OLEH :
VINCENSIA LEONI OKTAVIA
1EB13
27216547



FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar dapat membantu penulis dalam menyelesaikdapat membantu penulis dalam menyelesaikan makalah “Bisnis Online Shop Marketing”. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah “Pengantar Bisnis”. Dan tak lupa, penulis berterima kasih kepada Ibu Fitria selaku Dosen mata kuliah Pengantar Bisnis di Universitas Gunadarma yang telah memberikan penulis tugas yang bermanfaat ini.
Meskipun dalam penyusunan makalah ini penulis banyak menemukn hambatan dan kesulitan, tetapi karena motivasi dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih pun tidak lupa kami ucapkan kepada pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
 Penulis berharap agar makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan pembaca mengenai Bisnis. Penulis  menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu masukan berupa kritikan dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, kiranya makalah ini dapat berguna dan bisa menjadi pedoman bagi mahasiswa untuk dapat mempelajari serta memahami tentang Bisnis. Sekian dan terima kasih.





                                                                                            Depok, 26 Oktober 2016


                                                                                                        Penulis




DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................... 2
Daftar Isi.............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 4
1.1  Latar Belakang.................................................................................................. 4
1.2  Rumusan Masalah............................................................................................. 5
1.3  Tujuan Penulisan............................................................................................... 5
BAB II ISI.......................................................................................................................... 6
            2.1 Pengertian Organisasi....................................................................................... 6
            2.2 Prinsip-prinsip yang ada dalam organisasi....................................................... 9
            2.3 Tujuan organisasi............................................................................................. 11
            2.4 Bentuk dan Tipe struktur organisasi................................................................ 12
            2.5 Kelompok Kerja............................................................................................... 18
            2.6 Tahap pembentukan dan interaksi kelompok kerja.......................................... 20
            2.7 Mewujudkan kelompok kerja yang efektif....................................................... 22
            2.8 Konflik dalam kelompok kerja......................................................................... 23
            2.9 Sumber Konflik................................................................................................ 24
            2.10 Stimulasi Konflik........................................................................................... 25
            2.11 Pengendalian Konflik..................................................................................... 25
            2.12 Penyelesaian dan penghilangan konflik......................................................... 26
            2.13 Oeganisasi informal dalam perusahaan......................................................... 26
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 29
            3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 29
            3.2 Saran................................................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA



  


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang dinamis, ketidakterbatasan kebutuhan manusia dan keterbatasan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhanya telah menghadapkan manusia untuk hidup berorganisasi. hal ini didukung pula dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial yang tidak memungkinkan hidup wajar tanpa berorganisasi. Organisasi telah dibentuk sejak manusia pertama hidup di muka bumi, sekelompok manusia yang mempunyai orientasi dan tujuan yang relatif sama berhimpun dan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Organisasi merupakan satu disiplin ilmu yang sangat menarik untuk dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama satu sama lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-prasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat di sekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran 
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur. 


1.2         Rumusan Masalah
Agar masalah atau pembahasan kita tidak melenceng dan lari dari sub judul ada baiknya pemakalah akan merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini. Adapun rumusan masalahnya adalah :
1.      Pengertian organisasi
2.      Prinsip-prinsip yang ada di dalam organisasi
3.      Tujuan organisasi
4.       Bentuk dan tipe struktur organisasi
5.      Penjelasan kelompok kerja
6.      Tahap pembentukan serta interaksi kelompok kerja
7.      Cara mewujudkan kelompok kerja yang efektif
8.      Konflik dalam kelompok kerja
9.      Sumber konflik itu sendiri
10.    Stimulasi konflik
11.    Pengendalian konflik
12.    Penjelasan dan penghilangan konflik
13.    Organisasi Informal dalam perusahaan


1.3         Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah ; agar mahasiswa mampu dan mengerti serta dapat menjelaskan pengertian organisasi, prinsip-prinsip yang ada di dalamnya, pola-pola organisasi, tujuan organisasi sert teori-teori yang terdapat dalam organisasi.









BAB II
ISI

2.1 Pengertian Organisasi
         Dikatakan organisasi jika ada aktifitas/kegiatan yang dikerjakan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dan bukan satu orang. Karena jika kegiatan itu dilakukan oleh satu orang bukan dikatakan organisasi. Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Untuk memahami organisasi secara baik, maka perlu kiranya kita berangkat dari berapa defenisi yang ada untuk mewakili pemahaman setiap orang di antaranya :
1.      James D. Mooney (1974) mengutarakan bahwa organisasi adalah setiap                            bentuk kerja sama manusia untuk mencapai tujuan bersama.
2.      Ralp Currier Davis (1951) berpendapat bahwa organisasi adalah suatu                              kelompok orang-orang yang sedang bekerja kearah tujuan bersama dibawah                       satu kepemimpinan.
3.      Herbert A. Simon (1958) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu rencana                   mengenai usaha kerjasama yang mana setiap peserta mempunyai peranan                            yang diakui untuk dijalankan dan kewajiban-kewajiban atau tugas-tugas                                   untuk dilaksanakan.
4.      Drs. Dydiet Hardjito, M.Sc organisasi  adalah kesatuan sosial yang di                              koordinasikan secara sadar yang memungkinkan anggota mencapai tujuan                          yang tidak dapat dicapai melalui individu secara terpisah.
5.      Menurut Maringan (2004) pengertian organisasi dapat dibedakan pada dua                      macam, yaitu :
·   Organisasi sebagai alat dari manajemen artinya organisasi sebagai wadah/tempat manajemen sehingga memberikan bentuk manajemen yang memungkinkan manajemen bergerak atau dapat dikaitkan.
·   Organisasi sebagai fungsi manajemen artinya organisasi dalam arti dinamis (bergerak) yaitu organisasi yang memberikan kemungkinan tempat manajemen dapat bergerak dalam batas-batas tertentu. Dinamis berarti baa organisasi itu bergerak mengadakan pembagian pekerjaan. Misalnya pimpinan harus ditempatkan di bagian yang strategis.
·  Hakekat Oragnisasi menurut Edgar H. Shein dalam bukunya the Psykologi of Organization (1982) organisasi adalah Koordinasi yang direncanakan mengenai kegiatan-kegiatan sejumlah orang untuk mencapai tujuan bersama melalui pembagian kerja dan fungsi berdasarkan tingkatan otoritas (kewenangan) dan tanggungjawab. Dengan definisi ini, pada hakekatnya dalam sebuah organisasi diperlukan sejumlah pesyaratan atau gagasan, antara lain:
1.      Bahwa Organisasi memerlukan pengembangan dan pemeliharaan koordinasi.
2.      Bahwa didalam organisasi terdapat tujuan bersama yang pencapaianya harus di upayakan semaksimal mungkin.
Di dalam Organisasi tedapat pembagian kerja (division of labor), seluruh kegiatan dalam organisasi harus menciptakan keterpaduan (integration), menekankan bahwa objek koordinasi pada dasarnya bukan orang tetapi kegiatan atau pekerjaan.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dalam setiap organisasi terdapat tiga unsur dasar yaitu Orang-orang, Kerjasama dan Tujuan yang hendak dicapai. Organisasi juga harus memiliki lima fenomena penting yaitu :
·  Organisasi harus mempunyai tujuan.
· Organisasi harus mempunyai program, kegiatan strategi dan metode untuk mencapai tujuan organisasi.
·  Organisasi harus mempunyai pimpinan atau manajer yang bertanggung jawab terhadap organisasi itu dalam mencapai tujuan.
·    Organisasi itu terdiri dari dua orang atau lebih.
·     Organisasi itu harus ada kerjasama.
         Organisasi berusaha mempermudah manusia dalam menjalani hidup didunia dengan memanfaatkan segela kelebihan yang terdapat di dalam organisasi. Untuk menyelesaikan masalah, ketika dipikirkan orang banyak, maka segala masalah apapun akan mudah terselesaikan, disbanding satu orang yang memikirkannya. Satu demi satu persoalan akan selesai, tatkala dikerjakan secara gotong royong. Tak salah pepatah mengatakan “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Faktor penentu terbentuknya organisasi adalah manusia sedangkan faktor yang berkaitan dengan kerja adalah kemampuan untuk bekerja, kemampuan untuk mempenaruhi orang lain dan kemampuan melaksanakan asas-asas atau prinsip-prinsip organisasi.
Manusia adalah makhluk yang dinamis, ketidakterbatasan kebutuhan manusia dan keterbatasan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhanya telah menghadapkan manusia untuk hidup berorganisasi. hal ini didukung pula dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial yang tidak memungkinkan hidup wajar tanpa berorganisasi. Organisasi telah dibentuk sejak manusia pertama hidup di muka bumi, sekelompok manusia yang mempunyai orientasi dan tujuan yang relatif sama berhimpun dan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut.
Dengan hal tersebut, memang organisasi memiliki arti yang sangat strategis dan peran yang dapat mengelola kehidupan manusia agar lebih mempunyai hakikat yang bermakna. Hakikat organisasi pada dasarnya berorientasi terhadap aspirasi dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap organisasi. Hakikat organisasi menjadi pondasi dasar dan asas dalam pengelolaan organisasi untuk mencapai tujuannya demi terciptanya sistem manajerial yang baik. Dapat dikatakan jika suatu organisasi kehilangan hakikat maka perlu dipertanyakan kontinuitas dari organisasi tersebut.
Lahirnya organisasi akibat adanya tujuan yang ingin hendak dicapai oleh pihak tertentu karena melihat adanya urgensi dari keberadaaan organisasi. Organisasi tidak hanya dibutuhkan pada lingkup yang kecil tetapi juga pada lingkup yang besar terlihat dari motif didirikannya organisasi. Organisasi yang kita ketahui bersama juga memiliki tingkatan tertentu tergantung pada tujuan dan objek dari organisasi tersebut. Contoh dari organisasi yaitu organisasi rumah tangga, organisasi perusahaan, organisasi kemasyarakatan, organisasi kelompok tertentu, organisasi kesamaan keyakinan, organisasi kenegaraan, dan lain-lain.
Oleh karena itu, organisasi memang harus ada di dalam kehidupan manusia sebagai instrumen yang dapat mempersatukan manusia dalam proses dinamika dan keteraturan hidup. Dengan lahirnya organisasi Budi Utomo di Indonesia mengakibatkan lahirnya organisasi-organisasi yang lain yang tentu memiliki tujuan dan sasaran yang berbeda. Organisasi-organisasi tanpa manajemen akan menjadi kacau dan bahkan mungkin gulung tikar. Hal ini terbukti dengan jelas dalam situasi yang tidak normal seperti adanya bencana ketika organisasi sedang tidak teratur maka manajemen sangat dibutuhkan untuk membenahi organisasi agar menjadi lebih baik.

2.2 Prinsip-prinsip yang ada dalam organisasi
 Menurut Roco Carzo, o asas-asas atau prinsip-prinsip organisasi sebagai berikut :
1.      Organisasi harus memiliki tujuan yang jelas
         Sebelumnya juga sudah dijelaskan bahwa tujuan yang jelas yang benar-benar urgen bagi setiap organisasi agar terarah apa yang dicita-cita orang-orang yang berada diorganisasi tersebut.
2.      Skala Hirarki
         Skala Hirarki dapat diartikan sebagai perbandingan kekuasaan disetiap bagian yang ada. Kekuasaan yang terukur, jika jelas berapa banyak bawahan dan jenis pekerjaan apa saja yang menjadi titik tumpu sebuah organisasi. Artinya tidak sama antara kepala sekola dengan pembantu kepala sekolah dalam ukuran hirarki kekuasaan. Yang hanya bisa memerintah bawahan adalah atasan. Itu yang menjadi tolak ukur di manapun organisasi itu berdiri.
3.      Kesatuan perintah/komando
         Untuk sentralisasi organisasi, kesatuan perintah itu terletak di pucuk pimpinan tertinggi. Jika disekolah, maka kepala sekolahlah yang bisa memerintah seluruh komponen sekolah, tetapi untuk desentralisasi, pembantu kepala sekolah atau guru yang mempunyai peran mengkomandokan bagian kekuasaan.

4.      Pelimpahan wewenang
         Dalam hal ini, ada dua pelimpahan wewenang, yakni :Secara permanen yang ditandai dengan Surat Keputusan Tetap (SKT) Secara sementara yang sifatna dadakan. Contoh kepala sekolah berhalangan menghadiri undangan rapat di Depdiknas tentang UIN, amak yang berhak menggantikan adalah PKS I yang sifatnya sementara.

5.      Pertanggung Jawaban
         Dalam melakukan tugas, semua bawahan bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas dan hasil kerjanya. Juga bertanggung jawab atas kemajuan organisasi kepada bawahannya. Jadi semua pihak bertanggung jawab pada setiap apa yang dia kerjakan.
6.      Pembagian pekerjaan
      Pembagian Pekerjaan sangat diperlukan untuk menutupi ketidakmampuan setiap orang untuk mengerjakan semua pekerjaan yang ada dalam organisasi. Perlu adanya spesialisasi pekerjaan yang disuaikan dengan keahlian masing-masing. Kegiatan-kegiatan itu perlu dikelompokkan dan ditentukan agar  lebih efektif dalam mencapai tujuan organisasi.
7.      Rentang pengendalian
         Jenjang atau rentang pengendalian berkaitan dengan jumlah bawahan yang harus dikendalikan seorang atasan. Oleh sebab itu tingkat-tingkat kewenangan yang ada harus dibatasi seminimal mungkin sehingga tidak semua merasa menjadi atasan.
8.      Fungsional
         Bahwa seorang dalam organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan wewenang nya, kegiatannya, hubungan kerjanya, serta tanggung jawabnya dalam pencapaian tujuan organisasi.
9.      Pemisahan
         Prinsip pemisahan ini berkaitan dengan beban tugas individu yang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain. Kecuali ada hal-hal tertentu diluar kuasa manusia, misal sakit.
10.  Keseimbangan
         Prinsip ini berhubungan dengan keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Keseimbangan antara beban tugas, imbalan, waktu bekerja dan hasil pekerjaan.
11.  Flexibelitas
         Suatu pertumbuhan dan perkembangan organisasi tergantung pada dinamik kelompok. Keseimbangan penugasan dengan imbalan perlu diperhatikan dengan baik dalam memenuhi tujuan organisasi.
12.  Kepemimpinan
         Kepemimpinan sangat berarti bagi sebuah organisasi. Semua aktivitas dijalankan oleh pemimpin. Pemimpin juga bertanggung jawab atas kemajuan dan kemunduran organisasi. Seluruh fungsi-fungsi manajemen akan dikendalikan sepenuhnya oleh pemimpin. Oleh karena itu, kepemimpinan dianggap sebagai inti dari organisasi ataupun manajemen.

2.3 Tujuan Organisasi
Organisasi memang harus ada di dalam kehidupan manusia sebagai instrumen yang dapat mempersatukan manusia dalam proses dinamika dan keteraturan hidup. Dengan lahirnya organisasi Budi Utomo di Indonesia mengakibatkan lahirnya organisasi-organisasi yang lain yang tentu memiliki tujuan dan sasaran yang berbeda.
Organisasi-organisasi tanpa manajemen akan menjadi kacau dan bahkan mungkin gulung tikar. Hal ini terbukti dengan jelas dalam situasi yang tidak normal seperti adanya bencana ketika organisasi sedang tidak teratur maka manajemen sangat dibutuhkan untuk membenahi organisasi agar menjadi lebih baik. Setiap organisasi memiliki keterbatasan akan sumber daya manusia, uang dan fisik untuk mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan mencapai tujuan sebenarnya tergantung pada tujuan yang akan dicapai dengan cara menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut. Manajemen menentukan keefektifan dan efisiensi ditekankan pada melakukan pekerjaan yang benar.
Efektif mengacu pada pencapaian tujuan efisien mengacu pada penggunaan sumber daya minimum untuk menghasilkan keluaran yang telah ditentukan. Bagi manajemen diutamakan efektif lebih dahulu baru efisien. Jadi organisasi membutuhkan manajemen terutama untuk dua hal yang terpenting yaitu:

        Pencapaian tujuan secara efektif dan efisensi.
         Menyeimbangkan tujuan-tujuan yang saling bertentangan dan menemukan skala prioritas. Salah satu wujud dari adanya manajemen dalam suatu organisasi adalah terlihat adanya struktur organisasi.
Struktur organisasi adalah pengaturan pekerjaan untuk dilaksanakan dalam suatu bisnis. Struktur organisasi dimaksudkan untuk membantu mewujudkan tujuan bisnis dengan cara mengatur pekerjaan yang harus dilakukan. Meskipun demikian tidak terdapat satu metode manajemen yang paling baik untuk mengatur suatu organisasi. Cara mengelola suatu organisasi disesuaikan dengan kondisi organisasi yang tentu masing-masing organisasi memiliki ciri dan situasi tertentu.
Penyusunan suatu organisasi formal, yaitu struktur organisasi yang disusun dan dibentuk oleh manajemen puncak, dimulai dengan merumuskan tujuan dan rencana organisasi. Manajemen kemudian menentukan aktivitas pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Aktivitas-aktivitas yang sudah ditentukan tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa unit kerja. Pengelompokan unit kerja berdasarkan pada kesamaan aktivitas atau kesamaan proses atau keterampilan yang diperlukan, yang disebut kesamaan fungsional. Masing-masing unit kerja tersebut kemudian diberi aktivitas dan wewenang oleh manajemen untuk melaksanakan tugas masing-masing.

2.4  Bentuk dan Tipe struktur organisasi
         Dalam organisasi di Indonesia saat bermacam -macam bentuk organisasi baik bersifat organisasi kemasyarakatan ,atau organisasi partai politik.Bahkan dalam pemerintahan di katakan organisasi beskala nasional.karena organisasi itu terdiri dari anggota dan pengurus. Di dalam bentuk organisasi dapat kita bedakan sebagai berikut: :
a. Jumlah satuan organisasi tidak banyak sehingga tingkat-tingkat hararki kewenangan sedikit.
b. Jumlah pekerja(bawahan) yang harus dikendalikan cukup banyak
c. Format jabatan untuk tingkat pimpinan sedikit karena jumlah pimpinan relatif kecil,di negara kita bisa kita lihat misal nya organisasi kemiliteran.



Tipe atau Bentuk Organisasi
Pada saat ini Tipe atau Bentuk Organisasi terdapat 6 bentuk organisasi yang perlu diperhatikan. Berikut ini adalah definisi Tipe atau Bentuk Organisasi menurut beberapa ahli adalah:
1.             ORGANISASI LINI/GARIS (LINE ORGANIZATION)
Organisasi Lini/Garis diciptakan oleh Henry Fayol, Organisasi lini adalah suatu bentuk organisasi yang menghubungkan langsung secara vertical antara atasan dengan bawahan, sejak dari pimpinan tertinggi sampai dengan jabatan-jabatan yang terendah, antara eselon satu dengan eselon yang lain masing-masing dihubungkan dengan garis wewenang atau komando. Organisasi ini sering disebut dengan organisasi militer. Organisasi Lini hanya tepat dipakai dalam organisasi kecil. Contohnya; Perbengkelan, Kedai Nasi, Warteg, Rukun tetangga.
Memiliki Ciri-ciri Organisasi Lini adalah :
    Hubungan antara atasan dan bawahan masih bersifat langsung dan memilikiJumlah karyawan yang sedikit
        Pemilik modal merupakan pemimpin tertinggi
   Belum terdapat spesialisasi Masing-masing kepala unit mempunyai wewenang & tanggung jawab penuh atas segala bidang pekerjaan
     Struktur organisasi sederhana dan stabil Organisasi tipe garis ini biasanya diterapkan kepada organisasi kecil yang disiplin mudah dipelihara (dipertahankan)


2.             ORGANISASI LINI DAN STAF (LINE AND STAFF ORGANIZATION)
Organisasi Garis dan Staf diciptakan oleh Harrington Emerson. Organisasi Garis dan Staf Merupakan bentuk organisasi yang mengambil kelebihan-kelebihan dari organisasi garis seperti adanya pengawasan secara langsung, serta mengambil kelebihan-kelebihan dari organisasi staf seperti adanya spesialisasi kerja. Organisasi Garis dan Staf merupakan kombinasi dari organisasi lini dan azas komando dipertahankan tetapi dalam kelancaran tugas pemimpin dibantu oleh para staff, dimana staff berperan untuk memberi masukan, bantuan pikiran, saran-saran, dan data informasi yang dibutuhkan.
Memiliki Ciri-ciri:
        Hubungan atasan dan bawahan tidak bersifat langsung
        Pucuk pimpinan hanya satu orang dibantu staff
        Terdapat 2 kelompok wewenang yaitu lini dan staff
        Jumlah karyawan banyak Organisasi besar, bersifat komplek Adanya spesialisasi


3.             ORGANISASI FUNGSIONAL (FUNCTIONAL ORGANIZATION)
Organisasi Fungsional diciptakan oleh Frederick W. Taylor, Organisasi ini disusun berdasarkan pada sifat dan macam-macam pekerjaan yang harus dilakukan. masalah pembagian kerja merupakan masalah yang menjadi perhatian yang sungguh-sungguh.
Memiliki Ciri-ciri:
        Pembidangan tugas secara tegas dan jelas dapat dibedakan
        Bawahan akan menerima perintah dari beberapa atasan
        Pekerjaan lebih banyak bersifat teknis
        Target-target jelas dan pasti Pengawasan ketat
        Penempatan jabatan berdasarkan spesialisasi

4.             ORGANISASI LINI DAN FUNGSIONAL (LINE AND FUNCTIONAL ORGANIZATION)
Suatu bentuk organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada perkepala unit (Kepala Bagian) untuk mengambil keputusan dalam bidang pekerjaan tertentu dan selanjutnya pimpinan tertinggi tadi masih melimpahkan wewenang kepada pejabat fungsional yang melaksanakan bidang pekerjaan operasional dan hasil tugasnya diserahkan kepada kepala unit terdahulu tanpa memandang eselon atau tingkatan.
Memiliki Ciri-ciri:
  Tidak tampak adanya perbedaan tugas-tugas pokok dan tugas-tugas yang bersifat bantuan.
    Terdapat spesialisasi yang maksimal dan tidak menonjolkan perbedaan tingkatan dalam pembagian kerja

5.             ORGANISASI LINI, FUNGSIONAL DAN STAF (LINE, FUNCTIONAL AND STAFF ORGANIZATION)
Organisasi ini merupakan perkembangan lebih lanjut atau merupakan gabungan dari organisasi yang berbentuk lini fungsional dan staf..
Memiliki Ciri-ciri:
        Organisasi besar dan kadang sangat ruwet
        Jumlah karyawan banyak.
        Mempunyai
        Unsur karyawan pokok: Karyawan dengan tugas pokok (line personal), Karyawan dengan tugas bantuan (staff personal), Karyawan dengan tugas operasional fungsional (functional group)

6.             ORGANISASI KOMITE (COMMITE ORGANIZATION)
Suatu organisasi dimana tugas kepemimpinan dan tugas tertentu lainnya dilaksanakan secara kolektif. Organisasi komite terdiri dari :
1.             Executive Committee ( Pimpinan Komite), yaitu para anggotanya                                     mempunyai wewenang lini
2.             Staff Committee, yaitu orang – orang yang hanya mempunyai wewenang staf
Memiliki ciri-ciri :
      Adanya dewan dimana anggota bertindak secara kolektif
     Adanya hak, wewenang dan tanggung jawab sama dari masing-masing anggota dewan.
     Asas musyawarah sangat ditonjolkan
     Organisasinya besar & Struktur tidak sederhana
      Biasanya bergerak dibidang perbankan, asuransi, niaga.
Adapun hal-hal penting yang perlu dipenuhi dalam membentuk suatu organisasi agar suatu organisasi dapat berjalan dengan efektif.
      Waktu. Untuk dapat berpatisipasi diperlukan waktu. Waktu yang dimaksudkan disini adalah untuk memahamami pesan yang disampaikan oleh pemimpin. Pesan tersebut mengandung informasi mengenai apa dan bagaimana serta mengapa diperlukan peran serta.
   Bilamana dalam kegiatan partisipasi ini diperlukan dana perangsang, hendaknya dibatasi seperlunya agar tidak menimbulkan kesan “memanjakan”, yang akan menimbulkan efek negatif. · Subyek partisipasi hendaknya relevan atau berkaitan dengan organisasi dimana individu yang bersangkutan itu tergabung atau sesuatau yang menjadi perhatiannnya.
   Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi, dalam arti kata yang bersangkutan memiliki luas lingkup pemikiran dan pengalaman yang sama dengan komunikator, dan kalupun belum ada, maka unsur-unsur itu ditumbuhkan oleh komunikator.
       Komunikator harus memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi timbal balik, misalnya menggunakan bahasa yang sama atau yang sama-sama dipahami, sehingga tercipta pertukaran pikiran yang efektif atau berhasil.
        Para pihak yang bersangkutan bebas di dlam melaksanakan peran serta tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
   Bila partisipasi diadakan untuk menentukan suatu kegiatan hendaknya didasarkan kepada kebebasan dalam kelompok, artinya tidak dilakukan pemaksaan atau penekanan yang dapat menimbulkan ketegangan atau gangguan dalam pikiran atau jiwa pihak-pihak yang bersangkutan. Hal ini didasarkan kepada prisnsip bahwa partisipasi adalah bersifat persuasif.

2.5 Kelompok Kerja
         Konsep Dasar Mengenai Kelompok kerja
            Stoner, Freeman, dan Gilbert mendefinisikan kelompok sebagai kumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi untuk suatu tujuan tertentu yang dipahami bersama (two or more eople who interact and influence each other toward a common purpose). Karakteristik kelompok:
·         Merupakan kumpulan yang beranggotakan lebih dari satu orang, yang berarti adanya karakteristik yang berbeda dari setiap orang
·         Adanya interaksi di antara kumpulan orang tersebut
·         Adanya tujuan bersama yang ingin dicapai
Berdasarkan karakteristik ini, jika kita memahami bahwa pekerjaan adalah sesuatu yang telah direncanakan oleh organisasi untuk dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan, maka kelompok kerja dapat didefenisikan sebagai kelompok yang disusun oleh organisasi dengan tujuan untuk menjalankan berbagai pekerjaan yang terkait dengan pencapaian tujuan organisasi.
Kelompok kerja perlu disusun terutama jika organisasi atau perusahaan beranggotakan orang-orang dalam jumlah yang sangat besar, ruang lingkup kegiatan luas, dan pengelolaan sumber daya yang banyak. untuk orgsnisasi yang beranggotakan sedikit orang 5-10 orang, barangkali keseluruhan anggota tersebut merupakan juga satu kelompok kerja, adapun untuk organisasi yang memiliki ribuan orang anggota, maka kelompok kerja yang disusun berdasarkan tujuan jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang, tergantung dari alasan dan tujuan dari kelompok kerja tersebut disusun.[1]
Kelompok Kerja Formal dan Informal
Secara teoritis maupun praktik, kelompok kerja dapat dibagi dua, yaitu kelompok kerja formal dan kelompok kerja informal.
Kelompok kerja formal
Kelompok kerja yang dibentuk atau disusun secara resmi oleh manajer dimana kelompokkerja tersebut diberikan tugas dan pekerjaan yang terkait dengan pencapaian tujuan organisasi. Kelompok kerja formal dapat berupa formal dapat berupa kelompok kerja langsung, kepanitiaan, dan kelompok kerja temporal atau khusus. Kelompok kerja langsung merupakan kelompok kerja yang disusun oleh manajer dan beranggotakan beberapa orang bawahan yang berada dibagian dimana manajer tersebut ditugaskan. Kelompok kerja langsung biasanya dibentuk atau terbentuk dengan sendirinya (pada saat departementalisasi dilakukan) sebagai konsekuensi langsung dari rencana organisasi yang telah dibuat dan ketika struktur orgaisasi terbentuk. Kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan oleh kelompok kerja  langsung adalah kegiatan yang bersifat utama dari sebuah organisasi dan kebanyakan bersifat rutin, artinya yang selalu dilakukan oleh organisasi tersebut. Kepanitiaan adalah kelompok kerja yang disusun oleh manajer dan beranggotakan beberapa orang yang bisa berasal dari bagian yang sama, atau juga dari bagian lain dari organisasi. Kepanitiaan disusun berdasarkan tugas-tugas tertentu yang tidak rutin, namun disusun sebagai upaya untuk mencapai tujuan organisasi pula. Kepanitiaan biasanya dibuat untuk jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kelompok kerja temporal atau khusus adalahh kelompok kerja yang disusun untuk kepentingan-kepentingan khusus yang bersifat sementara. Diantara contoh dari kelompok kerja seperti ini, misalnya ketika perusahaan melakukan kerja sama dengan perusahaan lain dalam sebuah kegiatan, maka perusahaan dapat membentuk kelompok kerja ini, atau juga untuk suatu kepentingan internal perusahaan dapat juga membentuk kelompok kerja ini dan lain sebagainya. Sekalipun bersifat khusus, kelompok in tetap disusun untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi,hanya saja biasanya dibenuk dari program-program yang bersifat tidak tetap dan sementara.

Kelompok kerja informal
            Kelompok kerja informal adalah kelompok kerja yang disusun atau tersusun dengan sendirinya ketika beberapa anggota dari organisasi yang kegiatannya biasanya tidak terkait langsung dengan rencana-rencana rutin dari organisasi, namun secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja dari orang-orang dalam organisasi.[2] Contohya adalah kelompok olahraga yang beranggotakan para pegawai termasuk juga para manajer, kelompok hobi, dan lain-lain. Kelompok informal ini biasanya terbentuk dan dibentuk untuk memelihara budaya  organisasi tertentu yang akan mendukung terpeliharanya kekompakan, persatuan, dan kinerja dari kelompok kerja formal. Paling tidak ada empat tujuan mengapa kelompok kerja informal ini dibentuk:
1)      Untuk memelihara dan memperkuat perilaku positif dari para anggota
2)            Untuk menciptakan dan memelihara interaksi sesama anggota, sehingga                           anggota merasa nyaman, puas, dan aman.
3)            Untuk membantu para anggota agar dapat saling berkomunikasi dan                                berinteraksi dalam bentuk yang informa dan fleksibel
4)            Untuk membantu manajer dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang              mungkin dalam kondisi formal tidak dapat diselesaikan. Kadang kala                                  seseorang lebih dapat berkomunikasi ketika tengah bermain tenis bersama                                   misalnya.
2.6 Tahap Pembentukan dan Interaksi Kelompok kerja
         Paling tidak, sebagaimana yang dikemukakan oleh B.W. Tuckman yang dikutip oleh Stoner, Freeman, Gilbert, terdapat 5 tahapan bagaimana sebuah tim kerja terbentuk dan berinteraksi. Kelima tahapan tersebut adalah:
a)      Tahap Pembentukkan (forming)
         Dimana kelompok kerja dibentuk oleh manajer. Kelompok kerja yang                              terbentuk akan terdiri dari pemimpin kelompok dan anggota. Masing-masing                      anggota dari kelompok kerja akan ditentukan tugas-tugas yang harus                                 dikerjakan
b)      Tahapan penguatan  (storming)
         Pada tahapan ini, anggota-anggota yang telah menerima tugasnya masing- masing mulai berinteraksi satu sama lainnya.kadang kala karena disebabkan perbedaan karakteristik individu serta persepsi mengenai pekerjaan mereka masing-masing, termasuk juga pola komunikasi yang yang dibangun. Pada tahap ini konflik dalam kelompok kerja dapat terjadi.
c)      Tahapan Penyesuaian (norming)
         Merupakan tindak lanjut dari tahap kedua. Ketika kelompok kerja telah saling berinteraksi, hingga barangkali bisa terjadi konflik, maka tahapan ini merupakan tahapan di mana keseluruhan anggota secara almiah ataupun dipaksa harus menyesuaikan diri dengan berbagai perbedaan yang ada dan terjadi. Norma yang diyakini bersama sebagai sesuatu yang harus dijalankan,kadangkala menjadi titik temu untuk bisa saling menyesuaikan diri dalam bekerja.
d)     Tahapan Perwujudan (performing)
         Di mana hasil dari pekerjaan masing-masing anggota maupun secara kelompok dapat terwujud dan terlihat. Itu sebabnya tahapan keempat ini dinamakan performing, di mana setiap anggota akan memperlihatkan hasil dari setiap pekerjaannya, dan akan dievaluasi sampai sejauh mana tingkat  kesesuaiannya terhadap tujuan dari kelompok kerja.
e)      Tahap Pencarian atau Penilaian (adjourning)
         Dimana masing-masing  anggota mengalami tahapan akhir dari proses pengerjaan bersama kelompok kerja. Pada tahapan ini, anggota akan ada yang merasa puas, kecewa, atau penasaran, tergantung dari tahapan-tahapan sebelumnya. Dapat dikatakan pula bahwa tahapan ini merupakan tahapan  antiklimaks dari seluruh rangkaian kerja dari kelompokk kerja.
         Di dalam kelompok kerja norma sangatlah pernting,mengapa? Hal ini terkait dengan keragaman karakteristik individu. Keragaman pada dasarnya memiliki dua potensi, potensi untuk saling mengisi dan berinteraksi secara positif, atau potensi konflik dan berinteraksi secara negatif. Selain norma, solidaritas dan integritas dalam kelompok kerja (Cohesiveness) sangat menentukan sampai sejauh mana kelompok kerja dapat  menjalankan fungsinya dalam pencapaian tujuan.


2.7 Mewujudkan kelompok keja yang efektif
Sekalipun manajemen organisasi merupakan proses yang berkelanjutan, sehingga dalam proses yang dijalankan tersebut sangat mungkin terjadi fluktuasi dalam hal kinerja yang ditunjukkan para anggota kelompok kerja. Namun ada beberapa panduan yang dapat digunakan agar kelompok kerja dapat berjalan secara lebih efektif. Diantaranya adalah:
1. Tujuan dari pembentukan kelompok kerja hendaknya benar-benar jelas sehingga para anggota dapat mengenali secara jelas apa yang menjadi tujuan dari kelompok kerja yang dibentuk serta memperjelas arah yang akan dituju oleh kelompok kerja
2. Peran serta pembagian kerja dari setiap anggota keolompok kerja perlu juga diperjelas. Artinya, struktur tugas ataupun pekerjaanya perlu disusun secara jelas.
3. Jumlah anggota yang optimal dalam sebuah kelompok kerja perlu ditentukan. Jumlah ini perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang akan dijalankan. Terlalu banyak anggota dapat menyebabkan sebagian anggota menganggur, terlalu sedikit juga akan menyebabkan beban anggota melebihi kemampuannya.
4.  Pemimpin dari kelompok kerja perlu ditentukan atas dasar kapabilitasnya dikelompok kerja tersebut. Jika memungkinkan, dirinya tidak hanya memiliki kapabilitas sebagai pemimpin formal, namun juga sebagai pemimpin informal.
5. Seluruh sumber daya yang diperlukan handaknya tersedia, terdistribusi secara merata sesuai dengan struktur tugas yang telah ditentukan.
6.  Norma-norma perlu disepakati sebelim pekerjaan dilakukan.
7. Jadwal kerja perlu tersusun secara spesifik dan disusun bersama seluruh anggota kelompok kerja agar rasa memiliki dan tanggung jawab dari seluruh anggota kerja dapat diandalkan.
8. Perludiadakanmomentum-momentum formal maupun informal untuk lebih memperkuat solidaritas dan integritas sesama anggota.
9.      Fokuskan setiap kejadian  pada kinerja kelompok kerja, bukan pada personality dari para anggota. Mengevaluasi atas apa yang telah dikerjakan oleh anggota sangat perlu begitu juga evaluasi pekerjaan. Manajer harus bisa membedakan antara mengevaluasi pekerjaan dan mengevaluasi anggota.
Sekalipun dalam praktiknya panduan-panduan di atas tidak secara otomatis dijalankan, namun setidaknya beberapa hal penting yang terkait dengan kelompok kerja agar berjalan efektif untuk perlu dikenali.

2.8 Konflik Dalam Kelompok Kerja
Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan. Bahkan sepanjang kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan dan bergelut dengan konflik. Demikian halnya dengan kehidupan organisasi. Anggota organisasi senantiasa dihadapkan pada konflik. Perbedaan karakteristik individu bisa mendorong terjadinya konflik atau potensi negatif dalam organisasi. Namun, pembahasan mengenai konflik tersebut belum dillakukan, sehingga bagian ini akan menguraikan secara khusus mengenai konflik tersebut. Konflik adalah adanya kesenjangan atau ketidaksesuaian diantara beberapa pihak dalam suatu orgnisasi dengan organisasi lain, diantara berbagai bidang dalam sebuah organisasi, maupun diantara anggota di dalam suatu bagian tertentu dalam organisasi. Secara garis besar konflik dalam suatu organisasi dapat terjadi dalam berbagai keadaan, diantaranya:
v  Konflik antarbawahan dibagian yang sama.
v  Konflik antara bawahan dan pimpinan dibagian yang sama.
v  Konflik antarbawahan dari bagian yang berbeda.
v  Konflik antara pimpinan dan bawahan dari bagian yang berbeda.
v  Konflik antarpimpinan dari bagian yang berbeda.
v  Dan lain sebagainya.
Konflik pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang alamiah dan dapat diperkirakan terjadi ketika sebuah lingkungan atau orgnaisasi terdiri dari berbagai karakteristik individu. Beberapa dampak konflik terhadaporganisasi, antara lain:
v Konflik dapat menyebabkan kelompok kerja lemah dan berbagai pekerjaan dalam organisasi atau perusahaan akan terbengkalai.
v Konflik bisa menjurus pada persoalan personal antarindividu dalam organisasi. Jika konflik sudah mengarah pada persoalan personal, agak sulit bagi perusahaaan untuk bersikap profesional dan membedakan antara urusan yang bersifat organisasional dan personal, namun yang jelas kinerja organisasi akan terganggu.
v Konflik memiliki dampak fositif ketika manajer atau pemimpin dapat mengelola konflik menjadi persaingan sehat antar individu, sehingga kinerja organisasi justru mungkin dapat ditingkatkan. Namun, prasyarat agar konflik menjadi dampak fositif adalah kuatnya peran pimpinan dan manajer dalam organisasi.
v Konflik menyebabkan berbagai hal yang tidak terkait langsung dengan tujuan organisasi muncul, sehingga sangat mungkin untuk terjadinya pemborosan waktu, uang, serta berbagai sumber daya lainnya.

2.9 Sumber Konflik
Konflik yang terjadi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, diantara nya:
 FAKTOR KOMUNIKASI. Faktor komunikasi dapat jadi penyebab konflik ketika para anggota sebuah organisasi maupun antar organisasi tidak dapat atau tidak mau untuk saling mengerti dan saling memahami dalam berbagai hal dalam organisasi.
    FAKTOR STRUKTUR TUGAS DAN STRUKTUR ORGANISASI. Struktur tugas dapat menyebabkan konflik ketika sebagian anggota tidak bisa memahami pekerjaan mereka dari struktur tugas yang ada, atau juga terjadi ketidaksesuaian dalam hal pembagian kerja, maupun prosedur kerja yang tidak dipahami. Struktur organisasi dapat menyebabkan konflik ketika sebagian anggota merasa tidak cocok untuk berada di suatu bagian dalam organisasi, atau juga bisa berupa adanya upaya untuk meraih satu posisi tertentu, maupun berbagai hal lainnya yang terkait dengan posisi atau bagian yang ada dalam organisasi.
       FAKTOR PERSONAL. Faktor personal dapat menjadi sumber konflik dalam organisasi ketika individu-individu dalam organisasi tidak dapat saling memahami satu sama lain, sehingga terjadi berbagai persoalan yang dapat mendorong terciptanya konflik antar individu, baik di dalam satu bagian tertentu maupun antar bagian tertentu dalam organosasi.
       FAKTOR LINGKUNGAN. Faktor lingkungan dapat menjadi sumber konflik ketika lingkungan dimana setiap individu bekerja tidak mendukung terwujudnya suasana kerja yang kondisif bagi efektivitas pekerjaan yang dilakukan oleh setiap orang maupun setiap kelompok kerja. Lingkungan yang kurang ventilas, panas, hingga penataan antar bagian yang tidak sesuai dengan keinginan para pekerja dapat menjadi contoh faktor lingkungan yang bisa memicu terjadinya konflik.


2.10 Stimulasi Konflik
        Stimulasi konflik pada dasarnya adalah upaya dilakukan oleh manajer terhadap konflik yang terjadi dengan jalan memberikan umpan-umpan stimulan yang menyebabkan pihak-pihak yang terlibat konflik mengarahkan konfliknya kepada sesuatu yang bersifat positif bagi dirinya dan organisasi. Di antara program yang dapat dijalankan adalah memosisikan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik kedalam suatu situasi dimana mereka terlibat dalam sebuah persaingan positif yang akan meningkatkan kinerja mereka sekaligus juga organisasi. Memasukkan faktor persaingan ini dapat dilakukan dengan tawaran kompensasi tertentu sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam konflik akan benar-benar melakukan persaingan antar mereka. Tawaran kompensasi tersebut dapat berupa pemberian bonus, insentif, dan bentuk kompensasi lainnya. Selain memperkenalkan persaingan kedalam pihak-pihak yang terlibat konflik, stimulasi konflik dapat juga dilakukan dengan jalan memasukkan pihak ketiga diantara pihak-pihakyang terlibat konflik agar konflik tersebut dapat diminimalkan dengan kehadiran pihak ketiga tersebut. Bentuk stimulasi lain yang juga bisa dilakukan adalah dengan melakukan perubahan pada aturan main atau prosedur yang selama ini berlaku dalam organisasi. Dengan adanya perubahan prosedur atau aturan main tersebut diharapkan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik dapat melakukan penyusaian ulang mengenai posisi mereka dalam organisasi sehingga konflik dengan sendirinya akan tersesuaikan pula.

2.11 Pengendalian Konflik
   Selain memberikan stimulasi kepada pihak-pihak yang terlibat konflik, pendekatan lain yang bisa digunakan adalah pengendalian konflik. Pengendalian konflik ini dilakukan untuk memastikan bahwa konflik dapat senantiasa dihindari dan kalaupun terjadi dengan segera  bisa disesuaikan kembali. Diantara program yang bisa dilakukan adalah malalui perluasan penggunaan sumberdaya organisasi. Konflik yang disebabkan oleh adanya masalah dalam penggunaan suber daya (sebagaimana diterangkan dalam “sumber konflik” diatas), katakanlah dari sisi fasilitas yang dirasakan dan digunakan oleh anggota organisasi, diharapkan bisa diselesaikan melalui program perluasan penggunaan sumber daya organisasi tersebut. Selain itu pula, diantara upaya atau program yang dapat dilakukan, adalah dengan meningkatkan koordinisasi antar bagian dalam organisasi. Hal ini akan menyebabkan  konflik yang terutama disebabkan oleh kurangnya koordinisasi atau kejelasan struktur pekerjaan misalnya, dapat diselesaikan dengan baik melalui koordinasi yang intensif. Banyak konflik terjadi bukan disebabkan orang-orang yang ada dalam organisasi tidak andal, melainkan karena kurangnya koordinisasi. Selain peningkatan koordinasasi, bisa pula dilakukan pendekatan melalui upaya pncarian titik temu antar pihak yang terlibat dalam konflik unutk menyusun tujuan bersama yang ingin dicapai dalam organisasi, sehingga berbagai pihak yang terlibat dalam konflik dapat kembali di ingatkan akan tujuan utama dari organisasi. Konflik dapat pula dikendalikan melaui penyusaian perilaku para pekerja dengan apa yang semestinya dijalankan diperusahaan melalui ketentuan-ketentuan yang diberlakukan. Sebagian konflik terjadi karena orang-orang tersebut tidak berperilaku sebagaimana mestinya dalam sebuah organisasi.

2.12 Penyelesaian dan Penghilangan Konflik
       Dua pendekatan diatas merupakan sebagian upaya untuk menjadikan konflik sesuatu yang dapat diterima secara alamiah, namun tetap harus diwaspadai agar konflik yang terjadi dapat diarahkan kepada pencapai kinerja organisasi yang lebih baik. Pada kenyataannya konflik sekalipun telah diusahakan untuk terjadi, namun selalu saja dapat terjadi. Untuk kasus seperti ini, maka konflik harus dihadapi dan diseesaikan. Diantara program yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan dan menghilangkan konflik, yaitu dengan melalui penghindaran konflik. Jika kita mengetahui bahwa terdapat dua orang yang kalau dipertemukan akan terjdi konflik, maka salah satu upaya penghindarannya adalah dengan memisahkan mereka dari bagian kerja yang sama, atau jika berada dalam bagian yang sama mungkin dengan jalan membagi waktu  kerja yang berbeda, dan seterusnya. Selain itu pula, yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan konflik adalh mempertemukan pihak-pihak yang bertikai untuk kemudian meminta  mereka untuk menyelesaiakan konflik mereka dihadapan pihak ketiga atau antar mereka sendiri dengan desakan terhadap mereka untuk melakukan kompromi.

2.13 Organisasi Informal dalam perusahaan
         Organisasi informal ini keberadaannya tidak direncanakan tetapi terjadi secara otomatis karena hubungan antar perseorangan pada sesama anggota dalam organisasi formal (perusahaan). Organisasi informal merupakan organisasi yang tercipta karena adanya hubungan antar pribadi yang secara tidak sadar terjadi keberadaannya tanpa didasarkan pada hubungan wewenang formal pada struktur organisasi. Organisasi ini juga terjadi karena adanya komunikasi antar sesama karyawan yang dengan cepat menyebarkan melalui desas-desus dari mulut ke mulut. Adapun desas-desus itu bisa saja berlebihan, salah, kurang tepat maupun merupakan kebocoran informasi dari atasan yang mungkin benar. Untuk itulah organisasi informal bermanfaat bagi perusahaan maka sudah sepantasnya kalau setiap atasan harus bisa menggunakan segi positif keberadaan organisasi informal ini terutama dalam menyampaikan perintah. Contoh organisasi informal adalah pertemuan tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan.
Penyebab munculnya organisasi informal karena pada dasarnya semua individu memiliki kebutuhan untuk mendapat kepuasan dalam berafiliasi dengan orang-orang di lingkungannya atau dengan kata lain manusia tidak pernah puas, jika dalam organisasi formal kebutuhan tersebut dapat dipenuhi, maka ia akan mencari sumber lain untuk memenuhi kebutuhannya. Dan sumber itu ialah organisasi informal. Dan biasanya organisasi informal muncul dikarenakan adanya sekelompok orang yang memiliki kebutuhan yang sama.
Sifat-sifat organisasi informal
1.      Hubungan yang terjadi secara spontan dan tidak terorganisir
2.       Kepemimpinan ada diantara dua pilihan antara formal dan tidak formal
3.       Tidak bertumpu pada pengendalian manajemen seperti pada organisasi formal
Kelebihan dan kekurangan organisasi informal
Kelebihan
- Memberi dukungan terhadap tujuan organisasi
- Melengkapi perusahaan dengan jalur komunikasi tambahan
- Alat pemuas kepentingan social yaitu sebagai pemersatu dan memberi ketenangan              bagi individu
- Kompensasi bagi manager yang kurang memilki kapabilitas
Kekurangan
- Kabar angin yang beredar bisa mengakibatkan hal yang negative, akibat yang                     paling fatal adalah pecahnya organisasi
- Daya tahan terhadap perubahan, apalagi jika organisasi tidak siap berubah
- Penyesuaian kelompok(akan jadi pengganggu jika standar kelompok lebih rendah              dari organisasi formal, karena akan menurunkan kualitas dari organisasi formal                       




BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan 
Organisasi adalah sarana/alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu dikatakan organisasi adalah wadah (wahana) kegiatan daripada orang-orang yang bekerjasama dalam usahanya mencapai tujuan. Dalam wadah kegiatan itu setiap orang harus jelas tugas, wewenang dan tanggung jawabnya, hubungan dan tata kerjanya. Pengertian yang demikian disebut Organisasi yang bersifat “statis”, karena sekedar hanya melihat kepada strukturnya. Disamping itu terdapat pengertian Organisasi yang bersifat “dinamis”. Dalam pengertian ini Organisasi dilihat daripada sudut dinamikanya, aktivitas/tindakan daripada tata hubungan yang terjadi dalam organisasi itu, baik yang bersifat formal maupun yang bersifat informal.
Konsepsi dan prinsip daripada organisasi (The Concept and the Principles of Organization) adalah sebagai berikut:
1. Prinsip bahwa organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas (to define clearly the objective of the organization).
2. Prinsip skala hirarki (the scalar principle).
3. Prinsip Kesatuan Perintah/Komando (Principle of Unity Command).
4. Prinsip pelimpahan wewenang (Principle of delegation of authority).
5. Prinsip daripada pertanggungjawaban (Principles of Responsibility).
6. Prinsip Pembagian Pekerjaan (Principle of Division of Work).
7. Prinsip Jenjang/rentang pengendalian (Principle of span of control).
8. Prinsip fungsional (Principle of functional definitional).
9. Prinsip Pemisahan (Principle of Separation).
10. Prinsip Keseimbangan (Principle of Balance).
11. Prinsip Fleksibilitas (Principle of flexibility).
12. Prinsip Kepemimpinan (Principle of leadership facilitation).


3.2 Saran 
Dengan mengetahui tentang definisi dan prinsip organisasi diharapkan mahasiswa dapat menerapkan prinsip organisasi dalam kehidupan sehari-hari. Penulisan makalah ini pun tidak sempurna karena masih banyak kekurangannya. Maka dari itu penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun.




DAFTAR PUSTAKA

Mesiono, Manajemen dan Organisasi, Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2010.
Nasrul Syakur Chaniago, Manajemen Organisasi, Bandung : citapustaka Media Perintis, 2011.

Sule, Erniie Tisnawati, kurniawan saefullah. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010
Amin, A. Riawan. Menggagas Manajemen Syariah. Jakarta: Salemba Empat,2010
Terry, George R. Prinsip-prnsip Manajemen. Jakarta: Bumi  Aksara, 1993
Susanto, Adi. Kewiraswastaan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002
Swastha, DR. Basu. Pengantar Bisnis Modern. Yogyakarta: Liberty, 2002





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Bisnis Online Shop Marketing (Pengantar Bisnis tugas 2)

Makalah Pengantar Bisnis

Tugas 1 (makalah kelompok 7. Perencanaan dan pengembangan karier)